Dan akhirnya aku mengerti, perihal mencintai dan dicintai, hanyalah tentang siapa yang tetap memilih bertahan bersamamu. Meski kamu tidak sehebat orang-orang di luar sana lagi. Meski kamu sedang jatuh dan terkapar tak berdaya.
Meski tak ada satu pun yang kamu miliki selain semangat untuk kembali berdiri. Meski ada hati lain yang terlihat lebih menarik, lebih perkasa, lebih hebat, namun kamu memilih dia yang biasa saja. Dia yang hanya punya keyakinan untuk mempertahankanmu saja.
Mari kita saling belajar. Kamu harus lebih pahami lagi. Kita bukan dua orang yang mencari orang terbaik lagi. Aku ingin kita sama-sama meniti dan memperjuangkan diri kita menjadi dua orang yang saling lebih baik dari hari ke hari
Tahap mencintai paling berat adalah mempertahankan seseorang yang sudah tak memiliki apa-apa yang dulu membuatmu jatuh cinta, selain kau tahu dia tetap mencintaimu di kondisi terbawahnya. Kita akan menua nanti, cinta yang tumbuh sebab rupawan akhirnya akan terkikis. Perasaan yang tumbuh sebab hal-hal yang menjanjikan bisa saja berakhir dengan saling meninggalkan. Hanya perasaan yang jatuh dan memilih menjadi utuh sebab keyakinanlah yang akan tetap ada.
Tak peduli kamu semakin tua dan jelek, tak peduli kamu tak lagi bertenaga untuk mengajaknya berlari.
Dia akan tetap menemanimu dari pagi hingga malam lelah menemani. Meski hanya duduk di beranda rumah dengan teh dan kue seadanya. Kepada perempuan yang jauh di sana, kamu tahu selalu saja kamu yang kupilih mengisi hatiku. Tak banyak yang ingin kupintakan. Selain bersetialah kepada apa yang kita sepakati. Jagalah segala hal yang kucintai.
Aku tahu kamu tak sempurna, aku pun juga tak lengkap adanya. Hanya usaha menjaga diri yang bisa kamu lakukan. Jaga hatimu untuk sesuatu yang aku pertaruhkan dengan hidupku.
Cinta. Hal yang tak akan pernah cukup bila satu orang saja yang memperjuangkannya.
Aku butuh kamu sebagai sayap untuk terbang, sebagai pegangan saat aku lelah berjalan, sebagai teman bercerita saat kisah di dunia terasa kejam dan menyedihkan. Kelak, saat jarak sudah melipat diri, saat tak perlu lagi menunda waktu untuk menatap matamu.
Peluklah aku sepenuh hatimu. Temani aku menangisi hal-hal yang membuatku menyesal telah melakukannya. Seperihal sekali dua kali di hari kemarin kata-kataku membuatmu terluka. Atau hal-hal yang kau lakukan tanpa sengaja dan membuat aku merasa kecewa. Cukup semuanya berlalu saja. Kita tak akan pernah menjadi sempurna. Hanya saja, kita harus lebih baik dari hari ke hari.
Genggamlah tanganku. Yakinkan diri bahwa kita tak akan pernah membiarkan apa pun memisahkan kita, kecuali yang mahakuasa atas langit dan semesta.
Tetaplah yakin dan percaya, bagaimana pun beratnya langkah kita nanti. Kita akan saling mendampingi untuk melalui semuanya. Kita akan terus bangkit dari hal-hal yang tak pernah kita duga. Wajar saja kalau kamu berpikir aku akan berpaling, aku akan tertarik sama yang lain. Itu hal yang normal.
Bagian dari rasa cemburu, bagian dari rasa curiga, bagian dari rasa yang seharusnya tidak kamu biarkan ada terlalu lama. Kamu mengerti, membangun rasa percaya jauh lebih baik dari pada berpikir hal yang hanya membuat kita mengarah kepada hal-hal yang lebih buruk dan terpuruk.
Mari kita saling belajar. Kamu harus lebih pahami lagi. Kita bukan dua orang yang mencari orang terbaik lagi.
Terutama aku, sama sekali tidak mencari yang terbaik lagi. Mungkin, aku sudah menemukanmu dan hanya ingin menjadikan diri lebih baik denganmu. Aku ingin kita sama-sama meniti dan memperjuangkan diri kita menjadi dua orang yang saling lebih baik dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun. Agar kelak kita kuat menghadapi hal-hal yang lebih berat lagi.
Aku tidak bisa menjanjikanmu menjadi perempuan sempurna dan paling bahagia. Namun, aku selalu berusaha membahagiakan diriku bersamamu. Sebab aku percaya, suatu saat nanti aku bisa bahagia, aku akan menularkan kebahagiaan itu, begitu pun sebaliknya. Aku tak ingin menjadi seperti beberapa orang yang kukenal di masa lalu, yang berjanji paling manis, dan akhirnya pergi juga meninggalkan tangis. “Teramat sadis,” ujarku.
Jangan risaukan lagi perihal yang tidak perlu kamu risaukan. Tetaplah kejar impianmu, aku telah menetapkan hatiku ingin memilihmu saja.
Tidak ada pikiran aneh-aneh seperti yang sering kamu ingatkan. Percayalah satu hal, “menemukanmu membuat aku merasa cukup”. Aku hanya ingin seseorang yang bersedia saling memperbaiki diri bersamaku.
Karena nanti, jika aku tak kuat lagi berjalan, aku ingin seseorang yang tetap bertahan denganku. Seseorang yang paham, bahwa yang sempurna itu tidak ada. Tapi yang bersetia akan selalu menjaga apa yang ia punya. hingga akhir usia sampai menutup mata.