Lompat ke konten

Yang Menangis Diam-Diam Membaca Undanganmu, Dia Membungkus Luka Dengan Doa

Ditinggal menikah

Dulu yang dipastikan akan bersama akhirnya kandas di tengah jalan, belum sampai pada gerbang pernikahan sudah tidak lagi bersama karena ketidakcocokan diantara aku dan dia. Dia menikah duluan, dan memberikan surat undangan itu dengan hati bahagia, sedangkan aku ? Entahlah .

Yang menangis diam-diam membaca undanganmu benar-benar ada, ia membungkus luka-luka dengan doa. Sungguh dia kuat

Mungkin juga terjadi bukan hanya pada diriku. Sebagian dari orang-orang pun pernah merasakan luka sedalam itu. Yang menangis diam-diam membaca undangan benar-benar ada. Ia membungkus luka dengan doa-doa. Sungguh. Ia kuat. Dengan caranya menyembunyikan luka semoga Allah ganti yang terbaik, tak apa terlambat asal itu adalah takdir-Nya yang terindah.

Melepasmu Adalah Hidayah Terindah, Mengkihlaskanmu Karena Memohon Ridho-Nya. Begitulah Aku Mencintaimu Dengan Arah Kompas-Nya Tanpa Kata Ragu.

Umpama senja meninggalkan gelap, Menikmati indahmu yang sesaat mendekap langit paham soal harap
asa dan doa yang terus terucap. Semesta suruh langit tuk beramanah lalu dititipkannya warna indah agar hadirnya jadi takdir tak terduga. Begitu juga dengan dirinya yang minta diikhlaskan agar kau tak jadi orang ketiga, antara Dia dengan dirinya.

Baca Rekomendasi :   Hidup Bukan Perkara Jodoh Saja. Jadi Jangan Diambil Pusing Kata Mereka!

Melepasmu itu hidayah terindah , Mengikhlaskanmu karena memohon ridhoNya. Begitulah dia mencintaimu dengan arah kompasNya. Tanpa kata ragu.

Untukmu Duhai Hati yang Telah Berusaha Tegar Melewati Beraneka Kekhawatiran, Tenanglah Seumpama Ketenangan Melati yang Berguguran.

Untukmu, Duhai hati yang telah berusaha tegar melewati beraneka ragaman kekhawatiran, tenanglah seumpama melati yang berguguran. Mengalirlah seperti air hujan yang telah ikhlas berjatuhan. Tenanglah setenang suara-suara jiwa yang selalu rindu pelukan Allaah. Tenanglah setenang dedaunan berlarian sesuai jadwal. Kuatlah seperti ombak-ombak yang terhempas di tepian pantai.

Ditinggal menikah

Bukankah kita sedang memperjuangkan adalah pertemuan? Semoga kepedihan akan perpisahan ini akan segera terobati. Dan semoga, kita bertemu sebagai sepasang ketenangan dalam dimensi paling haru.

Baca Rekomendasi :   Setelah Menikah, Rindu yang Terasa Berat Akan Berubah Menjadi Nikmat

Percayalah, Kelak Akan Ada Seorang Yang Menyediakan Separoh Jiwa Yang Akan Membesarkan Hatimu Hingga Hari-Hari Tua.

Padamu, sosok yang kelak menjadi pundak paling teduh saat diri ini mengeluh. Seseorang yang tak pernah pergi walau terkadang aku menyebalkan. Kamu, yang menerima kekuranganku. Yang akan berkata, ketidaksempurnaanku menyempurnakanmu.

Tak mengapa, jika kali ini kita menjadi dua orang asing. Berjalan pada jalur masing-masing. Silang yang saling berusaha menemukan. Mari belajar dulu. Bagaimana melawan ego sendiri, memposisikan diri, khusyu menyusun visi dan misi. Hingga nanti kita sama-sama bertemu di ujung mimpi.

Saat ini mungkin hanya bisa menatap langit-langit, tapi yakinlah doa kita menggantung di langit. Seperti awan di peraduan. Mengalirkan air jika memang sudah saatnya. Di waktu yang tepat. Doa-doa akan menjelma menjadi yang paling kita damba.

Baca Rekomendasi :   Yang Belum Menikah Di Usia Matang Bukan Berarti Gak Laku. Mungkin Ada Hal yang Harus Mereka Selesaikan Dahulu

Mari, membaikan diri. Sama-sama memantaskan; menjadi pribadi yang berarti. Seperti pelangi, setelah tangisan langit resmi berhenti. Seperti pagi, setelah gelap semalaman menyelimuti muka bumi.

Artikel ini merupakan kumpulan dari status di instagram @diarihidupkita

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *