Jika harus kusesali maka, tiada henti ku menangisi hal yang telah terjadi. Hanya saja, rasa cinta terus saja menggelora ketika ku harus bertemua dengan mu disetiap harinya. Memang benar. Aku telah salah telah berharap lebih terhadapmu. Aku telah berani mendahului takdir Allah yang sama sekali tidak kuketahui. Namun, sangat susah mengendalikan yang tidak main-main untuk ku cipta.
Ini salahku, mencintai seseorang yang tidak pasti ku miliki. Jadi, maafkan aku. Telah mengharapkanmu menjadi imam sampai hari tuaku. Tapi, izinku untuk tetap mendoakan yang terbaik untuk hal itu. Meski bukan kamu, tiada salahnya sesekali kan ku langitkan namamu bersama mimpi-mimpi yang kuingini.
Aku Belum Menemukan Jiwa Lain Sebagaimana Dirimu, Dalam Sudut Kontemplasi Ini Ada Pecahan Ombak Di Tepi Mataku.
Tiga purnama telah berlalu tanpa kabar darimu, namun aku masih saja menunggu. Kulihat perjalanan kali ini, ternyata telah banyak hal ku lalui; tawa karena hadirmu, dan juga sedih karena kehilangan sosokmu. Masih di kota ini; kota yang kau tinggalkan dengan penuh percaya diri, di setiap sudutnya terlihat seperti kau sedang berdiri disana sembari melambaikan tangan padaku.
Aku tersenyum, kemudian tersadar bahwa hal itu hanya delusi. Mataku basah seketika, rupanya kau benar-benar telah jauh pergi. Kau tahu? Tak ku temukan jiwa sepertimu pada sosok yang datang membawa pasti. Ada yang salah dengan diri ini sehingga merasa sakit tiada henti; berharap kepada manusia, dan mengabaikan cinta-Nya.
Allah maafkan aku karena di hatiku masih ada rindu yang lain, Allaah maafkan aku jika cinta dan rinduku tak sesempurna Rabi’ah Al-Adawiyah, Allaah maafkan aku tak sepatutnya aku merindukannya lagi. Jika dia memang pilihan-Mu, ku yakin kelak dia kan kembali.
Ternyata Aku Belum Menyimpanmu Dalam Ruang Kecil Bernama Kenangan, Masih Bolehkah Aku Merindukanmu?
Jika harus kusesali maka, tiada henti ku menangisi hal yang telah terjadi. Hanya saja, rasa cinta terus saja menggelora ketika ku harus bertemua dengan mu disetiap harinya. Memang benar. Aku telah salah telah berharap lebih terhadapmu. Aku telah berani mendahului takdir Allah yang sama sekali tidak kuketahui. Namun, sangat susah mengendalikan yang tidak main-main untuk ku cipta.
Ini salahku, mencintai seseorang yang tidak pasti ku miliki. Jadi, maafkan aku. Telah mengharapkanmu menjadi imam sampai hari tuaku. Tapi, izinku untuk tetap mendoakan yang terbaik untuk hal itu. Meski bukan kamu, tiada salahnya sesekali kan ku langitkan namamu bersama mimpi-mimpi yang kuingini.
Sumber Image : instagram.com/setoyokoagus