Lompat ke konten

Karena Tanganmu Lebih Pantas Menggenggam Tangan Dia yang Tulus Mencintaimu

Jodoh memang di tangan Tuhan

​Aku sempat berfikir, untuk apa semua yang yang telah kau lakukan ini? Seolah menjadi hobi untuk disakiti. Terkadang aku bertanya, kenapa ada orang bodoh didunia ini? Seolah menjadi kebiasaan untuk meneteskan air mata. Seperti dengan mudahnya meneteskan tetes demi tetes air dari mata hingga deras akhirnya. Haruskah kita bersahabat dengan rasa sakit?

Ya, harus. Hingga saatnya dia datang kembali, kita bisa menyambutnya dan berkata “oh pain, you come again. Wellcome to my life” sambil tersenyum lebar. Tapi bisakah kita bersikap seperti itu? Kita bisa, namun akan lupa. Saat batuk kita butuh obat batuk. Saat pilek kita butuh obat pilek. Saat demam pun kita butuh obat demam. Dan kurasa sama dengan rasa sakit di hati. Sakit yang dibuat oleh satu orang akan berbeda obatnya dengan rasa sakit oleh orang yang lain lagi. Tak bisa kau menggunakan obat yang sama untuk sakit yang berbeda. Karna semua akan sia sia.

Baca Rekomendasi :   Aku Hanya Bisa Memperjuangkan Takdir, Tapi Tak Pernah Bisa Memastikan Kisah Akhir

Terkadang aku bertanya, tepatkah jalan yang kau ambil? Apakah kau harus diam atau harus berusaha? Ah entahlah. Kau tau? Sudah berapa kali aku menulis seperti ini, akhirnya akan sama. Jawabannya, semua tergantung dia jodohmu atau bukan. Terkadang, orang akan memilih diam, tapi dia tak bisa menyentuh orang yang dicintainya. Orang memilih berusaha, namun dia harus kehilangan orang yang dicintainya.

Lantas? Bagaimana? Lagi lagi tergantung jodoh! Jika dia bukan jodohmu, sebesar apapun usaha mu, dia yang tidak menyukaimu dan tak akan pernah bisa menyukaimu. Kenapa? Karena dia diciptakan bukan untukmu. Jika dia jodohmu, entah apa pun yang kau lakukan dia akan datang kepadamu. Entah kapanpun waktunya, dimanapun kamu berada dan sedang apa kamu saat itu dia akan menghampirimu.

Baca Rekomendasi :   Terima Kasih Sayang. Semoga Kamu yang Akan Bersamaku Hingga Nanti

Lalu? Berhentilah berusaha untuk hal yang sia sia. Mengejar dia yang sedang mengejar orang lain.

Sehobi itukah kau melakukannya? Menunggu dia yang sedang menunggu orang lain. Melihat dia yang sedang melihat orang lain. Mengharapkan dia yang mengharapkan orang lain. Apa semua itu adalah kebiasaanmu? Apakah semua itu adalah kewajiban yang harus kamu lakukan? Apakah dosa kalau kau tidak melakukan salah satunya?

Berhentilah. Lepaskan saja dia yang tak pernah menganggap kamu ada. Tanganmu lebih pantas menggenggam tangan dia yang berharap kau menariknya. Bukan menggenggam tangan dia yang selalu ingin melepaskan diri dari genggaman itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *