Hai, kamu! Di saat kamu bertanya, “Kenapa aku patah hati? Kenapa aku gagal dalam hal cinta?” Bisa jadi di luar sana ada yang rela terbangun di sepertiga malam, membuka pintu langit, dengan penuh keikhlasan. Ketika langkahnya telah gundah, ia memanjatkan doa-doa dalam sepi dan dalam sujud yang panjang. Sambil menadahkan tangan di antara dua lelehan air mata, seseorang sedang berdoa agar kamu berjodoh dengannya.
Barangkali, dia berdoa agar hatimu selalu dijaga oleh Allah. Sebab Allah adalah sebaik-baiknya penjaga hati. Maka, dia berdoa pada Allah, jika memang dia berjodoh denganmu, maka dia ingin agar kamu tidak menjadi milik orang lain. Sebab itulah saat kamu jatuh cinta, lagi-lagi patah hati. Lagi-lagi gagal. Sebab, jodohmu yang sesungguhnya, sedang mencintaimu dalam doa.
Ah, pasti luar biasa rasanya. Dicintai dalam doa, namanya disebut di hadapan Tuhannya. Nama kita seakan menjadi perbincangan terhebat antara seorang hamba dengan Tuhannya. Jodohku, siapakah dirmu? 😃
Ketika Kata Tak Sanggup Lagi Terucap, Rasa Pedih Telah Membentur Harap. Inilah Saatnya Kamu Mendekap Cinta Dalam Setiap Doa.
Teruntukmu yang kucintai dalam doa. Mungkin, kepergianku dapat membuatmu terluka. Namun percayalah, dalam hal ini aku jauh lebih terluka. Aku melepaskanmu, dan mencoba mengikhlaskanmu. Kadang aku paham, semua ini rasanya sangat menyakitkan hati. Begitu perih mengiris dada dan sesak melewati hari-hari tanpa kamu ada. Namun, ini jalan terbaik yang kutempuh. Aku merasakan kenikmatan jatuh cinta padamu. Sayangnya, hal itu menjadi sebuah kesalahan.
Di saat, aku menaruh harapan terlalu tinggi untukmu, pada akhirnya Allah patahkan harapanku sebab DIA cemburu. Harusnya aku tahu, bahwa cinta paling dalam hanya boleh kuberikan pada Tuhanku. Sudahlah, kita saling melepaskan agar semuanya baik-baik saja. Aku lelah menanti hingga yang ada hanyalah sakit hati. Kita tak perlu saling bertahan, jika pada akhirnya menyakitkan.
Kau tahu, wahai yang kucintai dalam doa? Aku rela membakar diriku dalam kesunyian. Aku rela melepasmu kepada-Nya. Meski, begitu pedih rasanya, harus melepasmu yang telah lama aku cinta. Aku rela melewati hari-hari sepi, di saat kisahku dan kamu sudah tak ada lagi. Rasanya, tak perlu lagi aku menanyakan kabarmu. Sebab, aku sudah meminta Allah agar selalu menjaga dan melindungimu.
Wahai yang kucintai dalam doa. Di setiap sujud dan doaku, kukirimkan rindu lewat Tuhanku. Di sepertiga malam yang lengang, namamu kusebut dalam doa. Pada saat itu, namamu seolah menjadi perbincangan hebat, antara aku dengan Tuhanku. Di kala kau sakit, aku tidak lagi memberikan perhatian-perhatian kecil itu. Namun, aku selalu meminta pada Allah agar kau lekas disembuhkan.
Barangkali, aku tidak lagi merayumu. Sebab, jalan ikhtiarku bukan menggombalimu, atau mengirimkanmu pesan setiap waktu. Melainkan, jalan ikhtiarku berada pada fokus perbaikan diri. Memperbanyak ilmu serta tanggung jawab. Kini, kulepas dan ikhlaskan dirimu. -Tulisan ini diperuntukkan bagi mereka yang sedang berjuang mengikhlaskan. Tetap semangat ya! Allah tahu kamu kuat sahabatku 🙂