Pernah di suatu detik masa lalu, terucap janji untuk saling memiliki, saling menjaga hati. Namun takdir tak bertumpu pada kisahmu dengannya. Kandas, saat pada akhirnya dia memilih hati yang lain. Hatimu patah, matamu basah. Bukan, bukan karena Allah senang melihatmu bersedih. Tapi karena, Allah tidak ingin kamu bersanding dengan orang yang salah.
Pada suatu waktu, pernah terukir mimpi-mimpi indah, kisah manis yang akhirnya pupus hingga bulir hangat jatuh di pipi. Tentang harapan yang kau impikan jadi kenyataan. Dia regas pucuknya hingga harapan itu hancur. Pada masa itu, dia pergi meninggalkanmu. Lebih tepatnya, dia meninggalkan sesal dalam dada, tentang luka yang menyiksa, tanpa ada habisnya.
Percayalah, suatu saat nanti, Allah akan hadirkan seseorang yang mampu membuatmu bahagia. Hingga kau lupa, bahwa dulu hatimu pernah terluka.
Izinkan aku mengobati lukamu sahabat. Saat akhirnya tak ada lagi yang bisa kau perbuat, menangislah sejadi-jadinya, di atas sejadah itu, di keheningan malam itu. Menangislah di hadapan-Nya, agar hatimu menjadi lebih lega. Ya, untuk hari ini saja, ceritakanlah kepada-Nya betapa hancurnya dirimu. Tapi esok, berjanjilah untuk tak lagi menyesali segalanya. Belajar merelakan, dan melupakan sesuatu yang tak layak lagi ada di hidupmu. Bersabarlah, karena sungguh rencana-Nya jauh lebih indah.
Sebenarnya Jika Kamu Ikhlas, Semuanya Akan Begitu Mudah Dilalui. Namun, Memang Hidup Ini Tak Semudah Membalikkan Telapak Tangan.
Iya, mengikhlaskan itu sulit loh! Beneran, saya juga pernah mengalaminya. Dan itu luar biasa sulit, apalagi kalau tidak dilakukan dengan metode yang baik dan benar. Lantas metode yang baik dan benar dalam mengikhlaskan itu seperti apa? Emh, saya gak ada maksud buat menggurui dan sok pintar loh ya. Tapi saya pernah mengalami ini juga 🙂
Yang pertama sih, banyakin baca Qur’an, berdoa biar dikuatkan hatinya dan dikuatkan untuk merelakan. Terus lakukan shalat sunah tahajud kalau mampu. Semakin kamu mendekatkan diri sama Allah, maka hatimu juga semakin kuat untuk mengikhlaskan. Gak percaya? Coba aja deh!
Yang kedua, berhenti stalking dan kepo pada dirinya. Stalking itu erat kaitannya sama patah hati. Semakin kamu mencari tahu tentangnya, semakin sulit buat mengikhlaskan.
Yang ketiga, memaafkan. Kamu ingat kekejaman apa yang ia lakukan padamu? Kamu ingat dia pernah sengaja mematahkan hatimu? Kalau masih ingat, yuk segara maafkan kesalahannya. Jangan lantas membenci dia hanya karena pernah demikian. Karena percayalah, kebencian akan mempersulit jalan untuk mengikhlaskan. Ingat, dia pernah mengajarimu banyak hal. Dia pernah berikan rasa sakit, yang suatu saat nanti akan membuatmu menangis bahagia saat mengingatnya.
Dan masih banyak lagi metode yang baik dan benar untuk mengikhlaskan. Baiklah, selamat mengikhlaskan dan semoga berhasil! 🙂
Karena Kadang Cinta Datang Hanya Sementara, Bukankah Sudah Jelas Ada Pepatah yang Mengatakan “Cinta Tak Harus Memiliki”
Masih ingat dengan kisah Salman Al-Farisi? Dia adalah seorang sahabat Rasul yang teramat shalih, sang pencetus ide untuk membuat parit saat perang khandaq kala itu. Suatu ketika, dia jatuh cinta kepada seorang gadis shalihah. Lalu, dia meminta bantuan sahabatnya yang bernama Abu Darda’ untuk meminang si gadis tersebut. Apalah daya, setelah sampai di rumah gadis tersebut, Salman justru ditolak.
Bahkan, gadis itu malah memilih sahabat Salman yang bernama Abu Darda’. Secara manusiawi, hal tersebut pasti membuatnya patah hati dan hancur. Namun, ia tak demikian. Bahkan dengan legawa, dia memberikan mahar yang telah disiapkannya, kepada Abu Darda’.
Ini adalah salah satu kisah favorit saya. Karena, dalam kisah ini terdapat pelajaran yang dapat dipetik. Bahwa sesungguhnya, cinta tak harus selalu memiliki. Karena sejatinya cinta bukan hanya soal mendapatkan dirinya. Melainkan, cinta juga adalah soal merelakan dirinya bersama orang lain. Segenap harap yang pernah terlintas di hati, biarlah ia hilang bersama kisah yang harus berakhir.
Kepada sahabat Nabi yang satu ini, kita belajar bahwa ada perasaan yang akhirnya harus terkubur dalam-dalam. Sebab percayalah, Allah tahu jodoh mana yang lebih tepat untuk hamba-Nya. Kisah pertemuan dengannya, rupanya bukan untuk dipersatukan. Melainkan, untuk saling memberikan pelajaran berharga. Itulah hakikat bahwa cinta tak harus memiliki. Dipertemukan, tidak untuk dipersatukan, melainkan untuk sebuah alasan. 🙂