Kita sering menangis. Murung berhari-hari, saat orang-orang yang kita cintai pergi dari hidup kita. Diambil Tuhan untuk kembali. Kita lupa bahwa mereka bukan milik kita sepenuhnya. Kita lupa bahwa kita sendiri pun suatu saat akan pergi meninggalkan, entah kapan tepatnya. Duka kita sering kali bertahan saat rasa kehilangan itu begitu memorakporandakan hati dan perasaan.
Kita sering begitu merasa jatuh dan terpuruk. Saat segala sesuatu yang sudah kita dapatkan susah payah tiba-tiba hilang begitu saja. Diambil Tuhan melalui tangan orang lain. Kita merasa kecewa teramat dalam-menyesal. Dan sering menyalahkan keadaan. Kita merasa segala sesuatunya adalah kita yang punya. Sedangjan sebenarnya, semua hanyalah cara Tuhan menaruh rasa percaya pada kita ciptaanNya yang seringkali salah kira. -Fase hal 16.
Terimakasih Sudah Semengangumkan Ini Berjuang dan Bertahan.
Berterimakasihlah, pada dirimu sendiri atas segala pencapaian yang ia lakukan hingga hari ini. Sekecil apa pun. Lalu tersenyumlah, arahkan wajahmu ke langit, ada yang tengah membalas senyummu di atas sana. Turut bahagia melihatmu memperlakukan dirimu sendiri dengan baik. Dengan berterima kasih. Dengan bersyukur. Dengan tanpa membandingkannya dengan yang lain.
Percayalah, Sedihmu Tak Akan Lama Bertahan.
Seiring berjalannya waktu, tentu air mata akan berganti dengan tawa. Dengan rona bahagia. Sebab sedih, hanya akan sementara. Duka lara tentu wajar menyertai kita. Datang tiba-tiba, meluluhlantakkan rasa. Tidak apa-apa, nanti juga diganti dengan bahagia dan suka cita. Seiring berjalannya waktu, percayalah.
Mungkin hari ini kita merasa seluruh keinginan belum juga Tuhan berikan. Seluruh doa belum juga dikabulkan. Seluruh mimpi belum juga Tuhan kehendaki terwujud. Bukan berarti Tuhan tidak mendengar dan melihat seluruh perjuangan dan doa kita selama ini. Ia hanya ingin melihat kita berjuang lebih keras lagi. Bersabar lebih banyak lagi. Perjuangan kita, belum saatnya berhenti.
Saat perjuanganmu tidak dihargai. Jerih payahmu tidak diapresiasi. Usahamu yang sudah susah payah kamu kerjakan tapi tetap tidak memenuhi standar keinginan orang-orang.
Kita tulus melakukan semuanya kan? Bahkan ketika semuanya sama sekali tidak ada harganya di mata mereka. Bukankah, tugas kita sudah cukup sampai disini saja. Tanpa perlu peduli dengan apa saja yang kiranya hanya akan melukai hati dan perasaan kita jika terus mendengar dan memikirkannya?
Cukup dengan ketulusan yang kita punya ini. Tanpa merusaknya dengan membesarkan sakit hati. Atas perlakuan orang-orang yang kiranya sama sekali tidak menghargai apa yang sudah susah payah kita usahakan dan persembahkan sepenuh hati.