“Diam, inilah caraku mencintaimu karena-Nya” Hmm begitulah semboyan yang lagi nge-trend dikalangan para muslimah.
Mencintai dalam diam itu seperti apa sih? Apakah hanya sebatas dengan tidak memberitahukan pada ‘dia’ tentang perasaan kita? Ataukah sebatas memandanginya dari jauh? Apakah cinta dalam diam itu, menundukan pandangan saat terlihat tapi curi-curi pandang saat ia sudah lewat? Apakah cinta dalam diam itu, menghapus namanya di kontak namun mematrinya di otak? Apakah cinta dalam diam itu, menjaga hijab dengannya di dunia nyata namun melepas semuanya ketika di dunia maya?
Apakah cinta dalam diam itu, pura-pura benci di dunia nyata tapi kepoin sosmednya setiap saat? Apakah cinta dalam diam itu, berusaha menjauhinya namun sms,bbm, komen,chat dengannya hingga larut malam? Apakah cinta dalam diam itu, berdalih ada keperluan padahal hanya ingin tahu keadaannya?
Apakah cinta dalam diam itu, merahasiakan perasaan namun posting status-status galau saat dia online, berharap ia membacanya? Apakah cinta dalam diam itu, sok perhatian dengan dalih “kita ini saudara, sudah selayaknya saling memperhatikan sesama” ? Apa seperti itu yang dinamakan cinta dalam diam?
Tentu BUKAN.
Cinta dalam diam itu menyerahkan semua perasaan pada Allah ﷻ. Berusaha sebisa mungkin mencintai-Nya dan menepis semua rasa cinta yang belum semestinya. Cinta dalam diam itu, diamnya dalam taat, bukan diam dalam maksiat. Cinta dalam diam itu tidak memandangnya saat bertemu dan tidak memikirkannya saat jauh. Cinta dalam diam itu menjaga, berusaha menghindari hal yang memang tidak perlu. Cinta dalam diam itu, bukan sekedar diam melainkan terus membenahi diri.
Ada sebuah kisah di zaman Rasulullah ﷺ dari sahabat Ali dan Fatimah, keduannya saling memendam rasa suka antara mereka. Tetapi Allah mempersatukan mereka dan mempertemukan mereka dalam ikatan suci nan indah atas kehendak-Nya. Karena dalam diam itulah tersimpan kekuatan, kekuatan dalam sebuah harapan. Mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cinta dalam diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata. Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap kepada-Nya?
Karena diam adalah cara mencintai karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hati kita dan hati setelahnya. Dan jika memang mencintainya dalam diam itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam. Jika diam memang bukan milik kita, Allah akan menghapus ‘cinta dalam diam’ itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat. Seiring berjalannya waktu, biarkan mencintai dalam diam kita menjadi memori tersendiri di sudut hati ini, menjadi rahasia antara kita dengan Sang Pemilik hati, Allah سبحانه وتعالی .
Kita harus belajar mencintainya dalam diam dengan keimanan. Berharap agar dapat menjaga rasa malu kita dan memelihara kesucian hatinya. Inilah cara kita mencintainya karenaNya, diam dan tak pernah terucap. Hingga di ujung lidah kita bahkan tak pernah terlukiskan oleh aktifitas yang dapat mereka lihat. Berharap menjadi Fatimah yang tak pernah sekalipun mengungkapkan.
Dan membawanya menjadi Ali Bin Abi Thalib yang tak pernah sekalipun mengecewakan apalagi menduakan. Seorang insan seharusnya mencoba menerapkan apa yang telah Allah perintahkan kepada hamba-Nya. Menyukai sesuatu karena Allah, mengagumi sesuatu karena Allah, mencintainya hanya karena Allah, dan suatu saat menikah dengannya hanya untuk mendapatkan ridho dari-Nya.
.
Barakallahu Fiikum…
Wa zadanallahu ‘ilman wa hirsho.
Sumber Artikel : Grup Facebook Motivasi Hijrah Indonesia.