Kamu yang telah membuatku jatuh cinta dan bertekuk lutut, meski aku tahu kamu tak akan pernah peduli. Masih seperti dulu, aku yang tertatih berjalan ke arahmu dan tak pernah kau hiraukan. Mungkin karena aku hanya segenggam pasir yang ada di lautan atau hanya sampah belaka yang mengganggu ruang hidupmu.
Tapi, sekarang aku sudah mulai belajar mencintai lagi. Dari awal, kepada seseorang yang bukan kamu. Kepada seseorang yang pada akhirnya aku pilih sebagai yang paling ingin kubahagiakan hidupnya. Bahagia yang pada awalnya aku persiapkan untuk membekali perjalananmu, kemanapun dan kapanpun. Kecemasan yang pada awalnya aku persiapkan untuk menemani keberadaanmu, dimanapun.
Mencintai (bisa jadi ) adalah merelakan dan bisa juga pilihan. Jangan salahkan aku yang lebih memilih pergi karena memang kau tak pernah menganggapku ada
Memang tak mudah sayang, membiasakan diri merafal nama selain namamu. Melangitkan doa-doa lain selain menujumu. Dan aku melakukan semua ini, sebab aku telah memutuskan dan memilih jalan hidupku. Di detik aku mulai mencintainya, adalah detik yang sama ketika aku tidak lagi berjalan ke arahmu.
Bahagilah seperti yang kuharapkan, terimkasih telah memberi arti mencintai yang sebenarnya.
Dan hanya satu pintaku, semoga kamu mendapatkan kekasih hati yang sesuai dengan keinginan dan segudang kriteria yang kamu tuliskan dalam akal dan pikiranmu. Pun, kelak jika dia yang kamu inginkan tak sesuai dengan harapanmu, cobalah bersabar karena memang itu lah yang terbaik buat kamu.
βDan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersabar.β (An-Nahl: 96)