Lama nian sudah tak ada kabar kamu. Apakah kamu baik-baik saja di sana? Bagaimana kabar ibu dan keluargamu yang lainnya? Aku harap mereka semua baik-baik saja khususnya kamu. Sebenarnya aku menulis ini karena tiba-tiba kenangan tentang kamu menyambangi sanubariku.
Waktu memang berputar begitu cepat, tak terasa sudah tujuh bulan kita tak saling memberi kabar. Itu juga atas kemauan kamu bukan? Bukan kah kamu yang meminta untuk tidak saling komunikasi lagi? Seperti yang kamu mau, aku melakukan semua permintaanmu itu meski sangat berat. Maaf kan aku yang selalu menuruti kemauan kamu meski itu pun dalam hal kejelekan.
…dan balasan kejelekan itu adalah kejelekan pula, namun siapa yang memaafkan dan memperbaiki (hubungannya), maka pahala baginya di sisi Allah. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang dhalim. “(QS Asy Syura 40)
Ah, aku hampir lupa sosok rupamu dan kebiasaanmu. Pertemuan kita memang singkat, di sebuah halte kecil di kota yang mendapat julukan kota tersenyum itu. Aku dan temanku menunggumu di bawah rintikan hujan untuk sekedar menikmati posong dan berakhir menjadi sebagai kekasih.
Hey, kamu yang kadang nekat berbuat gila. Masih ingatkah kamu kekonyolan-kekonyolan kamu selama kita ngetrip bareng di Magelang. Kamu rela bolos kerja hanya untuk menemaniku dan mengobrol hanya sekedar untuk tahu keperibadian masing-masing.
Dan akhirnya, kamu memutuskan pergi setelah pertengkaran hebat yang melanda kita. Aku tahu kamu pasti akan pergi tanpa kembali lagi. Dan aku juga tahu, kamu akan mengganti semua media sosialmu dan memulai hidup dari nol lagi. Satu hal yang harus kamu tahu, aku harap kamu bahagia tanpa aku dan maaf telah membuat hatimu terluka.
Kamu pergi tanpa kembali, maafkan aku yang membuatmu pernah terluka