Lompat ke konten

Kita Dipayungi Kebersamaan yang Sama, Tapi Sama-sama Dihujani Prasangka

Prasangka buruk

Kadang, kita berbeda logika. Lalu, kita sama-sama menjaga jarak. Aku tahu logikamu tak bisa dipaksa. Sedang logikaku juga tak bisa menerima. Lantas senyum kita jadi basa-basi. Tangan kita saling berjabat, tapi mata kita ragu untuk menatap. Sedangkan hati kita? Masih enggan untuk saling terikat.

Sayangnya, Perbedaan Mulai Menggerogoti Cinta. Akhirnya, Kebersamaan Ini Menjauhkan Kita.

Kita dipayungi Kebersamaan yang sama. Tapi sama-sama dihujani prasangka. Lalu hubungan kita jadi kering krontang. Padahal, kita sama-sama mencintai kebersamaan ini. Yang belum kita pahami, kita sedang mencinta dengan cara yang berbeda.

Aku dengan caraku, kamu dengan caramu. Tapi masih sama-sama cinta. Sayangnya, perbedaan mulai menggerogoti cinta. Akhirnya, kebersamaan ini menjauhkan kita.

Baca Rekomendasi :   Kita Hanya Butuh Jeda, Bukan Malah Menghilang Tiba-Tiba

Barangkali kita harus bersahabat dengan apa yang namanya perbedaan. Agar bisa menjembatani antar logika, agar beda dan cinta bisa mesra beriringan, tidak saling berebutan, tidak saling menjatuhkan.

Mari belajar merasa dengan logis. Kebersamaan ini harus kita lalui dengan hati dan pikiran yang menyerta. Agar hati tidak terlalu melankolis, tapi tetap bisa dinikmati dengan berbagai rasa. Bisa realistis tanpa kehilangan makna.

Agar aku dan kamu bisa menjadi manusia normal dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing. Bukan sok suci dengan kebenarannya masing-masing.

Kamu Terlalu Banyak Menuntut. Sayangnya, Aku Juga Demikian. Dan Kita Terjebak Dalam Siklus Saling Meyalahkan.

Aku tak mengerti kenapa bisa demikian. Kenapa kebersamaan ini tak lagi menyamankan. Padahal, aku dan kamu sudah sama-sama memutuskan; untuk ada dalam satu perjuangan. Bahkan masih terikat dalam satu perjanjian. Jasadku memang ada menyerta, tapi pikiranku gamang antara ada dan tiada. Dan hatiku, sudah lari entah kemana. Padahal, kita sedang melewati kebersamaan yang sama.

Baca Rekomendasi :   Ku Memohon Kepada Allah, Semoga Kita Menua Bersama Hingga Maut Memisahkan
Prasangka buruk
Prasangka via https://www.instagram.com/portraitbyfaisal/

Kamu terlalu banyak menuntut. Sayangnya, aku juga demikian. Dan kita terjebak dalam siklus saling meyalahkan. Aku menyalahkan kamu, kamu menyalahkan aku. Padahal harusnya, aku menyalahkan aku dan kamu menyalahkan kamu.

Karena aku lebih tahu tentang diriku, kamu lebih tahu tentang dirimu. Dan kita lebih bisa mengendalikan diri kita sendiri daripada mengendalikan orang lain, bukan?

Seharusnya Tak Perlu Ada yang Disalahkan. Karena Menyalahkan Hanya Akan Membuat Kita Semakin Beku

Atau mungkin, tak ada yang perlu disalahkan. Tidak aku, tidak juga kamu. Karena menyalahkan hanya akan membuat kita semakin beku. Dan beku akan membuat kita sulit bergerak. Akhirnya, kebersamaan tak membuat kita semakin dekat.

Baca Rekomendasi :   Sebaik Apapun Caranya, Yang Namanya Perpisahan Pasti Akan Menyisakan Luka

Walaupun kita berada pada tempat yang tak berjarak. Karena dekat memang bukan sekedar permasalahan jarak, tapi tentang hati yang saling terikat.

Kalau begitu; mari berlomba-lomba untuk saling memberi, bukan berebut untuk saling menerima.

Artikel ini terinspirasi dari buku Menata Hati karya Nazrul Anwar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *