Rumah tak hanya sekedar bangunan dengan tiang dan atap yang meneduhkan. Karena rumah bisa jadi adalah seseorang yang membuatmu kembali temukan dirimu yang sesungguhnya.
Hari ini terik. Tumpukan berkas yang harus ku selesaikan terasa tak ada habisnya. Hanya saja ini tanggung jawabku, seperti katamu aku harus menyelesaikannya sebaik mungkin. Jarak kita kini terpaut ratusan kilometer. Pun waktu tak sering berpihak kepada kita untuk temu. Bercengkrama seperti kebanyakan orang di luaran sana. Tak hanya waktu, kita juga perlu moment yang tepat untuk dapat bertemu. Sulit ya? Tapi tak apa, kita berjanji untuk saling berusaha satu dengan yang lainnya.
Menatap layar ponselku setidaknya mengurangi lelah yang kini ingin buatku menyerah. Ada tawamu disana. Dengan mata sedikit terlihat sipit jadinya. Tetapi dengan ampuhnya ia mampu runtuhkan lelahku seketika.
Selayaknya Rumah, Kau Buatku Menjadi Versi Terbaikku Setiap Ku Berhadapan Denganmu
Aku sempat berpikir, harus seperti apa aku bersikap kepadamu. Ada rasa takut yang bisa saja buatmu menjauh tatkala aku salah bersikap ataupun berucap. Entah perihal apapun itu. Aku bukan pengenal tentangmu yang baik. Apalagi kau tak pernah berkenan untuk bercerita banyak hal tentangmu. Aku seperti dihadapkan pada PR besar, untuk terus menyelamimu sebaik mungkin tanpa ku tahu cara terbaiknya.
Tetapi nyatanya, kamu tidak menuntutku menjadi seseorang yang bukan aku. Bersamamu, aku masih menjadi diriku sendiri. Dengan perlahan tapi pasti, kamu menuntunku untuk menemukan diriku. Menjadi aku yang baru dengan versi terbaikku.
Kamu adalah pendengar terbaik yang pernah ada. Yang menyediakan waktu begitu banyak untuk mendengarkan ku bercerita, berkeluh kesah, atau hanya berbagi hal yang hanya patut untuk di tertawakan. Tentunya, kamupun ikut tertawa bersama saat aku tertawa setelah usai bercerita. Kamu adalah pendengar yang baik. Yang selalu menyediakan telinga dan sabar yang lapang setiap kali aku berkata. Kamu tak buru-buru memotong kata, atau memberikan label apa-apa sebelum ku usaikan segalanya.
Kamu adalah tempatku berpulang. Merebah karena lelah. Tempat ternyaman untuk bersandar, atau bahkan hanya untuk mencari setitik damai dari riuhnya kehidupan. Kamu adalah tempatku berpulang, menjadi seseorang yang tak perlu lagi berusaha begitu keras hanya untuk diterima di sekitar. Yang memberikan kekuatan dikala ku tak lagi mampu berdiri di kakiku sendiri. Yang memberikan ku kepercayaan tatkala aku mulai tak lagi tahu dimana harus berpegangan.
Tetaplah Menjadi Rumah, Yang Menjadi Tempat Berpulang Satu Sama Lain
Menemukanmu setelah perjalanan panjang nan melelahkan adalah hal yang tak pernah terbayangkan. Seperti mata air ditengah dahaga, atau teduh setelah terik tak terhingga. Kamu hadir dengan perlahan, tak seperti kebanyakan orang yang datang dengan terburu-buru lalu pergi kemudian.
Hadirmu seperti hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan bersamamu hingga sejauh inipun tak pernah mampu ku duga. Di balik banyaknya perbedaan yang ada, sifat yang membentuk kita, lalu cerita yang pernah terlampaui yang tak pasti mampu membuat kita bersama dalam waktu yang lama. Hingga pada akhirnya, kita memilih untuk tetap bersama, dan tinggal dalam waktu yang lama. Berusaha menyelami dan mengenali satu dengan yang lainnya.
Tetaplah menjadi rumah. Yang membuatku selalu ingin berpulang kearahmu di penghujung hari. Menjadi tempat yang selalu ingin ku tuju kemapun langkah kaki membawaku pergi. Menjadi seseorang dengan banyak hal yang buatku menjadi lebih baik hingga nanti. Tetaplah menjadi rumah, hingga waktunya tiba tanpa jarak memisahkan kita, untuk berpulang pada cerita kita hingga akhir waktunya tiba.