Pagi ini, seperti diingatkan atas lampau yang usai berlalu. Perlahan kutapaki jejak yang dulu pernah kita simpan dalam kenangan. Kutuang dalam diari yang kini perlahan kubuka. Sudah ada berlembar-lembar kalimat dan juga huruf di sana. Merapatkan namamu dalam butiran bening di waktu dhuha. Menangkupkannya dalam tangkupan doa yang memohon ijabah-Nya. Pelan tapi pasti aku telah berhasil. Berhasil melupakanmu.
Kita seperti tidak pernah menyangka. Entah hanya aku atau juga denganmu. Degup yang dulu hampir berhari-hari melesat cepat tak beralih. Melekukkan bersenti-senti meter senyum di bibir. Kini semuanya tak seindah dulu. Dulu indah walau berujung menyakitkan. Tapi sekarang walau masih terasa menyakitkan tapi aku percaya akan berujung indah pada masanya.
Sebab aku ingin menjadi pandai memosisikan hati, menempatkan seseorang dalam doa, dan menjaga jiwa-jiwaku agar tak mudah lepas dalam memberi cinta pada seseorang.
Percayalah bahwa nanti akan ada seseorang yang dengan cara terhormat menjemputmu. Setelah penantian panjang berimbang doa.
Aku kuat karena-Mu. Aku tenang bersama ketenangan-ketenangan dari-Mu. Allah, terima kasih atas segala penjagaan-Mu. Semoga nanti akan ada seseorang yang dengan cara terhormat menjemput kita. Setelah penantian-penantian panjang yang berimbangkan doa. Setelah bertahun-tahun berhasil menyembuhkan luka. Semoga kamu orang yang tepat juga datang di waktu yang tepat. Aamiin.
Sebelum Masa Bahagia Itu Datang, Aku Juga Berusaha Untuk Menjadi yang Baik dan Pantas Untukmu Kelak.
Berusaha—berusaha menjadi baik bukanlah suatu hal yang mudah, bukan pula suatu hal yang sulit. Lalu apa? lalu tinggal kita mau atau tidak untuk berubah. Selagi masih ada kemauan—percayalah Allaah ada bersama kita, membantu kita untuk berusaha menjadi baik. Pantaskan hatimu ketika kamu mengharapkan cintanya—makhluk Allaah.
Pantaskan dirimu ketika kamu mengharapkan kehadirannya yang akan mengisi kekosongan hatimu—saat ini belum saat yang tepat. Mungkin Allaah telah siapkan waktu terbaik bagi kita, ketika kita siap dan ketika kita telah menjadi yang lebih baik dari hari ini.
Tidak harus baik di mata manusia—yang terutama adalah baik di mata Allaah. Penilaian manusia belum tentu benar di mata Allaah. Tapi penilaian Allaah jauh lebih baik—terlebih untuk kita yang bersedia berusaha. (bukan berarti kita mengabaikan nasihat orang lain). Aku mau menjadi baik, aku mau terus berproses menjadi baik. Sebaik apapun kelak—aku tetaplah biji matahari yang akan lama tumbuh menjadi matahari. Aku adalah setangkai daun kering yang mencoba bangkit dari sapuan angin. Lillaah.
Artikel ini merupakan kumpulan status instagram.com @diarihidupkita. Jangan lupa untuk follow dan share ya.