Ketika kamu dalam keadaan yang rapuh, bahkan kamu sudah tak mempunyai keinginan hidup lagi. Dia orang yang kamu sayangi dan ingin menikahimu dalam waktu dekat, tiba-tiba memutuskan hubungan begitu saja. Kecewa, terluka sampai dengan putus asa sudah menjadi bagian dari hidupmu kala itu. Kamu sudah tak mempunyai niat untuk berbahagia lagi, jangankan untuk sekadar ketawa lepas mendengar candaan sahabat dan kerabatmu. Untuk tersenyum saja rasanya sangat mustahil bagimu.
Mungkin jika aku di posisi yang sama denganmu, aku juga akan merasakan hal yang sama. Tapi cara mneyikapinya saja yang berbeda. Seharusnya ketika kamu berani menjalin cinta dengan cara pacaran, kamu juga sudah harus siap dengan segala risikonya. Termasuk ketika ditinggalkan meski kamu sudah sangat sayang. Bahkan kamu lebih menyayanginya dibandingkan dengan dirimu sendiri.
Pernikahan yang Sudah Di Depan Mata, Nayatanya Kandas Begitu Saja Karena Alasan Yang Sungguh Menyakitkan.
Pernikahan yang sudah direncakan begitu matang, mulai dari pertunangan sebagai langkah tetap bahwa memang hubungan kalian benar-benar serius. Undangan dan tanggal resepsi sudah di sebar luas, ucapan selamat pun sudah terucap dari sahabat karib dan keluarga besar. Cincin yang sudah melingkar di jari manis pun nyatanya tak bisa mempersatukan kalian dalam ikatan yang halal.
Akhirnya dia kekasihmu memtuskan pertunangan dan membatalkan pernikahan kalian meski dia tahu undangan sudah disebar. Ini bukan masalah uang yang sudah habis untuk mengurusi semua keperluan pernikahan, bukan pula masalah tak mendapat restu orang tua. Hanya saja dia lelaki yang kamu cintai ternyata mencintai gadis lainnya. Iya gadis yang pernah kamu anggap sebagai adeknya dia dan ternyata diam-diam saling mencintai.
Janji-Janji dan Cincin yang Sudah Melingkar di Jari Manis, Kini Harus Dilepas Satu Persatu Karena Penghianatan Sang Kekasih.
Nyatanya waktu yang kalian lewati beribu-ribu hari, puluhan flim yang sudah kalian tonton bersama kini hanya sebuah kenangan. Janji-janji yang kalian buat di kala senja, sehidup semati hingga maut memisahkan kini tinggallah janji. Iya memang benar adanya, Pada Akhirnya Janji-Janji yang Tertulis Akan Kalah Dengan Bukti-Bukti yang Tertulus. Iya, kamu ternyata lebih tulus mencintainya, sedangkan aku hanya menikmati janji-janjimu saja.
Akhirnya kamu menceritakan semua keluh kesahnya kepada aku sebagai sahabat lelakimu. Dengan segala keluh kesah, penuh tangis dan butuh sandaran. Mungkin hanya aku yang bisa kamu jadikan sebagai sandaran dan tempat untuk mencurahkan semua keluh kesahmu. Tapi tahukah kamu, sebenarnya aku sangat ingin melihatmu bahagia.
Dibalik Kesedihan Kamu yang Mendalam, Akulah Lelaki yang Selalu Ingin Melihatmu Bahagia Terus.
Dahulu kala, sebelum kejadian pilu menjadi teman harianmu. Aku pernah memintamu untuk menjadi teman hidupku, namun selalu saja kamu tolak. Iya memang aneh rasanya, sahabat jadi cinta. Kamu tahu betul bahwa aku yang selalu mencintaimu dengan segenap jiwa. Kamu juga tahu betul, bagaimana perasaanku saat kamu lebih memilih dia dibandingkan dengan diriku.
Tapi kini akhirnya kamu kembali kepadaku dengan luka yang mendalam. Tak perlu lagi menangisisnya, karena kini dia bahagia dengan kekasihnya yang baru. Sudihkah dirimu untuk perlahan melupakannya, aku akan membantumu untuk melupakannya. Mari kita mulai kenangan baru kita, kenangan yang bahagia. Kelak jika ada perselisihan diantara kita, tolong saling mengalah lah diantara kita.