Aku tak pernah memimpikan bagaimana pada akhirnya kamu akan datang. Masuk dalam kehidupanku yang bahkan aku sendiri tak mampu membayangkan akan seperti apa nantinya. Kamu yang hadir setelah sekian lama membuat hidupku kini menjadi semakin berwarna. Kamu menjadi alasanku yang baru untuk melanjutkan hidupku saat ini. Menjadi tujuan yang selalu ingin ku bahagiakan dengan segenap kekuatan yang ku punyai.
Aku sempat takut. Takut tak mampu memberimu yang terbaik yang ku punya. Aku takut jika mungkin suatu hari nanti, luka masa lalu tanpa sengaja terbalaskan padamu dengan cara yang tak pernah ingin ku ulangi lagi kepadamu. Tetapi, sejak pertama mata kita bertemu, suara pertamamu begitu mengisi ruangan ini hingga dalam hati, lalu genggaman tanganmu, seakan-akan meyakinkanku bahwa aku mampu. Bahwa kamu, tak salah telah hadir dalam kehidupanku.
Memutuskan Untuk Bersama Adalah Keputusan Besarku Selanjutnya. Terima Kasih Karena Bersedia Menerima
Aku harus menguatkan hati untuk berani memintamu. Itu berarti jika restu kudapati, semua hal tentangmu menjadi berpindah padaku kini. Aku sempat meragu. Hingga akhirnya, Ia dengan kasihnya meyakinkanku. Membisikkan keyakinan dari ayat-ayatnya yang meneduhkan bahwa Ia akan selalu ada untuk membantuku. Dengan bekal keyakinan, dan doa untuk menguatkan, aku memintamu kepada mereka. Walau ku tahu, mereka tak kan mudah melepasmu, tetapi karena kamu juga yakin akan diriku, mereka pada akhirnya memberi restu.
Terima kasih karena keyakinanmu, dan ikhlasmu menerimaku, kini kita bersama. Pada rumah, yang kini menjadi terasa lengkap karena kamu juga berada di dalamnya. Sejak saat itu, kita memutuskan untuk melewati hari-hari bersama. Walau kadang pertengkaran selalu ada, tetapi rasa cinta dan kasih kita, kini membuat kita sama-sama berkenan menurunkan ego, saling memaafkan satu sama lain, dan kini kita belajar untuk tak mengulang kesalahn yang sama.
Hadirmu, melengkapi hidupku kini. Tatkala lelahku mulai mereda saat langkah lelahku sampai pada rumah, yang kamu sambut dengan senyum manismu di depan pintu. Tatkala kebuntuan berpikirku, kini mulai menemukan sudut pandang baru. Karena kesediaanmu untuk mendengarku, dan kadangkala kamu juga bersedia untuk memikirkan masalahku.
Dan kini, setelah hari berganti hari kita lalui berdua. Pada rumah yang selalu kita nantikan untuk pulang. Pada satu hari kamu memberiku kabar mengejutkan. Kabar membahagiakan setelah aku merasa lelah bekerja seharian. Kamu menyambutku dengan pelukan erat. Membisikkan kata-kata yang tak pernah terduga sebelumnya.
Hingga Hadirnya Hadiah Terindah Dalam Hidupku. Setalah Ini, Genggaman Kita Kan Semakin Erat, Menguatkan Dan Terus Bersama
“Selamat ya, calon ayah.”
Aku terbelalak mendengarnya. Lelah dan penatku hilang tak bersisa. Terganti dengan rasa bahagia dan penuh syukur kepada sang pencipta. Aku merasakan degup jantungmu yang memburu karena bahagia. Pun, dengan senyum manismu yang hari ini tiada habisnya. Sungguh ini tanggung jawab baru bagiku, tetapi bersamamu aku akan berusaha semampuku, memberikan segalanya yang terbaik bagi kita.
Hingga hari itu, setelah perjuangan panjangmu. Setelah banyaknya drama kehamilan, sulit makan, mual-mual, dan pernah sesekali kamu begitu terlihat membenciku hanya karena melihatku. Ia datang. Dengan tangisnya yang membuat kita berbahagia. Peluhmu yang begitu membasahi, lelahmu yang masih menyelimuti, tak kamu rasakan kini. Karena semua usahamu kini berganti, dengan pertemuan yang selama ini kamu nanti-nanti.
Terima kasih untuk hadiah terbaik yang pernah ada. Terima kasih karena telah berjuang begitu hebatnya. Aku yakin Tuhan memberi kita tanggung jawab baru sepaket dengan kekuatan yang Ia siapkan tentunya. Teruslah bersama, mendidik dan membesarkan ia bersama-sama, hingga akhir waktu nanti.
Aku mencintaimu.