Dahulu, kita pernah saling memendam rindu. Dahulu, bertemu menjadi jalan untuk saling melepas rindu. Namun kini, sejak kau memutuskan untuk tak lagi peduli, aku pun mencoba untuk tak lagi menaruh rindu pada dirimu. Dan sejak kau putuskan untuk tak lagi ingin bertemu, rasa rindu itu pun perlahan memudar. Hingga akhirnya, aku putuskan untuk tak lagi mengingat tentang dirimu.
Sehari, dua, hari, tiga hari, hingga sampai berminggu-minggu, aku masih sulit untuk memudarkan rasa rindu itu. Ingin mengatakan bahwa aku tengah merindu terhadapmu, namun aku terlalu takut untuk menyampaikannya. Sebab yang aku rasakan, kau tak lagi ingin tahu. Kau tak pernah lagi menaruh rindu. Lantas untuk apa aku mengatakan itu pada seseorang yang jelas-jelas tak lagi ingin tahu.
Mungkin memang benar kalimat yang menyatakan bahwa, bisa karena terbiasa. Awalnya memang sangat sulit untukku. Kau masih saja berputar-putar dalam ingatanku setiap waktu. Hingga aku menjalani ini dari waktu ke waktu. Kau yang tak lagi pernah ada untukku, akhirnya aku bisa melupakan semua tentangmu. Meskipun butuh waktu secara perlahan untuk bisa melupakan itu semua.
Semua hanya perkara waktu, hingga seseorang bisa melupakan kesakitan itu
Sejak keputusanmu perlahan menghilang tanpa kabar. Sejak keputusanmu tiba-tiba pergi. Dan sejak kau pun tak pernah lagi menaruh rindu dan ingin bertemu, pada akhirnya aku hanya butuh waktu untuk bisa melupakan semua kesakitan itu. Terasa tak mudah di awal. Namun, perlahan aku bisa melaluinya. Aku bisa, karena kini aku sudah terbiasa tanpamu.
Percayalah, bahwa apa yang terlihat mudah untuk dilupakan, tak selamanya mudah. Butuh waktu. Butuh proses untuk benar-benar bisa melupakan dan menerima sesuatu yang tak pernah terbayangkan. Hingga akhirnya semua benar-benar bisa terlupakan. Hingga hati benar-benar bisa menerima keadaan.
Jika dahulu saat merindu kita lepaskan dengan bertemu. Namun kini, aku memilih untuk tak lagi mengingat-ingatmu
Saat kondisi masih baik-baik saja, kita tak pernah gengsi untuk sekedar mengatakan rindu. Namun kini, sejak semuanya sudah berbeda, tak ada lagi rasa rindu itu. Jika pun ada, mungkin hanya percuma. Sebab untuk apa merindu sendirian. Untuk apa merindukan seseorang yang tak lagi merindukan diriku. Mungkin akan lebih baik jika aku memilih untuk tak lagi mengingatmu.
Jika kesalahanku untuk tak lagi mengingatmu, untuk tak lagi menaruh rindu terhadapmu, mungkin kau pun juga harus berfikir. Kepergianmu yang tiba-tiba dan tanpa kabar itu bukankah suatu kesalahan? Apakah salah jika aku harus melakukan itu untuk menghilangkan semua rasa kecewaku terhadapmu?
“Kau seseorang yang paling aku cintai, namun kau juga yang paling mampu melukai”