Ikatan yang sudah dijalin bertahun-tahun sebelum di ikat dengan perkawaninan yang sah bukanlah jaminan terhadap keutuhan rumah tangga. Bahkan banyak pernikahan yang hanya bertahan beberapa bulan meski pasangan ini sebelumnya sudah mengenal dan pacaran bertahun-tahun. Yang lebih parahnya lagi, ada juga suami istri yang makan tidak semeja dan tidur tidak sekamar.
Dan jika mereka ditanya kenapa sampai terjadi seperti ini, mereka akan menjawab karena sudah tidak sepaham lagi. Benar adanya, bahwa pernikahan dan pacaran sungguh dunia yang berbeda, jika ketika pacaran semua sifat pasangan yang muncul hanya yang baik-baik saja sedangkan ketika pernikahan sifat aslinya akan muncul dan tidak bisa ditutupi selamanya.
Suami Istri Seharusnya Mengenali dan Memahami Pasanganya Masing-Masing.
Bukanlah suatu yang susah untuk memastikan pasangan kamu benar-benar setia. Bila dia benar sayang dan ingin mempertahankan hubungan, biasanya dia tidak akan menuntut banyak hal dan justru selalu bersyukur dengan keadaan apapun. Namun sayangnya, tidak banyak suami istri yang saling memahami pasangan masing-masing dan bahkan selalu mengutamakan egonya.
Hal ini karena kamu tidak pernah mengetahui dan mengenali sikap dan prilaku yang sebenarnya. Karena setiap orang mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing, begitu juga dengan pasanganmu. Semasa masa pacaran dan pertunangan mungkin masih banyak yang tidak kamu tahu dari calonmu itu, namun setelah berumah tangga baru semua keliahatan.
Lanjutan artikelnya berbahasa melayu dari pesonapengantin.my yang sengaja tidak ditranslate oleh admin.
Sudah tentu keadaan ini amat mengecewakan, lama-lama kekurangan keadaan itu akan menjadi api dalam sekam dalam kehidupan. Inilah antara puncak keretakan rumah tangga dimana rasa tidak puas hati akan mengganggu keharmonisan suami istri. Bagi pasangan yang ingin kekal terus bahagia, mereka perlu terus berusaha untuk belajar mengubah sikap yang suka melihat kelemahan antara satu sama lain dan mengamalkan sikap menerima pasangan kita seadanya.
Menerima bermakna mengiktirafkannya seperti mana diri kita sendiri yang ada keistimewaanya dan kelemahan. Dengan pandangan terbuka disamping saling mengagumi nilai-nilai baik yang ada pada diri pasangan, segala konflik yang timbul akan dapat diatasi. Penerimaan bermaksud sekadar menerima pasangan sebagai diri beliau seadanya. Kita menerima cara, harapan dan impiannya atau mungkin juga sebagai seorang yang tiada impian.
Kita juga perlulah menerima idea, minat dan juga kelemahan suami termasuklah juga menerima kekurangan dalam personaliti atau apa-apa pegangan terhadap agama atau politik. Dalam situasi ini suami atau istri perlu menerima hak pasangan untuk menjadi dirinya yang sebenar. Kita mungkin tidak setuju dengan idenya, tetapi kita hormati hak si dia dalam pandanganya itu.