Aku tahu ada luka yang tengah kau alami, tapi entahlah luka apa yang membuatmu begitu sulit memperlihatkan senyuman indahmu. Dan aku pun tahu bahwa itu tidaklah mudah tuk dilakukan, tapi tidak ada yang tidak mungkin bukan ?
Coba renungkan. Tidakkah kau berpikir senyuman indahmu itu mampu memancarkan sebuah kebahagiaan bagi orang-orang terkasihmu, sekaligus menjadi pemanis dibalik luka yang tengah kau derita.
Pemanis? Iya, pemanis. Coba bayangkan bila luka itu tlah mengakar di balik hatimu, lalu menjadikan bibirmu itu kaku dalam mengukir senyum manismu. Maka apa yang akan terjadi ? Tentu dirimu akan sulit melihat keindahan yang ada dalam dirimu, sekaligus sulit bagimu untuk menemukan obat dibalik lukamu.
Asal kau tahu bahwa dibalik indahnya senyuman itu terdapat obat penyembuh luka. Apalagi senyum itu ditambah dengan senyuman manismu. Sangat disayangkan bila senyum manismu itu ditutupi oleh luka. Dan lebih disayangkan kalau pagi ini senyum indahmu tak menyapa dunia. Tersenyumlah untuk orang-orang terkasihmu.
Aku Tak Memiliki Kelebihan Seperti Orang-Orang, Melainkan Hanya Tumpukan Kekurangan yang Melekat Pada Diriku.
Masih banyak di antara kita belum menemukan kelebihannya. Padahal kelebihan itu telah melekat dalam dirinya, tetapi masih dalam bentuk samar-samar. Sehingga kita beranggapan bahwa kita tidak memiliki kelebihan, melainkan hanya tumpukkan kekurangan.
Samar-samar maksudnya disini ialah belum begitu kuat kehadirannya, sehingga kita belum merasakan hadirnya. Cara kita untuk menjadikan samar-samar itu menjadi jelas ialah dengan cara mencari dan menemukannya.
Contoh kekurangan kita itu tidak pandai dalam hal hitungan. Maka kita jangan terus berfokus pada titik itu saja, melainkan kita harus mencari titik yang lain (hobi). Hobi kita adalah menggambar maka tugas kita adalah mendalami hobi tersebut. Sehingga kita bisa menjadi seniman hebat (kelebihan).
Jadi, kita boleh kurang dalam hal hitungan, tetapi tidak dengan hobi yang kita miliki. Orang yang pandai hitungan belum tentu ia juga pandai dalam hal menggambar. ” Kekurangan bukanlah mengenai fisik, tetapi jiwa yang belum mampu menemukan titipan (kelebihan) dari Sang Pencipta. ”
Mengapa Diriku Tak Memiliki Kelebihan Seperti Orang-Orang? Hanya ada tumpukan kekurangan yang begitu melekat pada diri ini.
Sungguh aku begitu iri pada mereka, apalagi mereka sukses dengan kelebihan yang dimilikinya. Sedangkan aku? Hanya berbalut dengan kekurangan. Tanpa merasakan nikmatnya sebuah kelebihan yang telah ada dalam sanubari hingga tetap abadi, tanpa ada yang mampu menghilangkan kecuali Dia.
Kamu tidak tahu mereka pun sama denganmu memiliki pemikiran seperti itu. Waktu mereka belum menemukan kelebihan yang telah ada dalam dirinya. Tetapi perlahan demi perlahan, ia percaya kepada sang pencipta bahwa dia tak akan menciptakan sebuah kekurangan tanpa adanya kehadiran sebuah kelebihan.
Setiap manusia pun memiliki kelebihan sendiri dan begitu pula dengan kekurangannya. Dan setiap manusia berhak mencari atau menemukan kelebihan yang tersembunyi dalam dirinya. Agar ia tidak merasa dirinya dipenuhi dengan kekurangan atau bahkan menyalahkan sang pencipta di balik kekurangannya. Maka tugasmu adalah mencari dan menemukan kelebihan itu, bukan hanya terfokus pada kekuranganmu itu.