Bapermulu.com – Pekerjaan rumah mungkin terlihat sepele di matamu. Mengurus anak-anak mungkin terlihat mudah untukmu. Hingga kamu selalu membandingkan, selalu merasa yang paling lelah, capek dan pusing memikirkan kebutuhan rumah tangga dengan bekerja di luar setiap harinya.
Namun, pernahkan kamu sedikit saja membantunya? Terjaga sepanjang malam, karena ada anak yang rewel dan terus menangis. Melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu, hingga kadang lupa mengurus diri sendiri. Tak sempat untuk sekedar rehat dan menghela napas sejenak, sebab ada saja yang harus dikerjakan.
Sehingga, kamu terus menuntut dirinya, mewajibkan tubuh ringkihnya untuk terus bekerja. Seakan istirahat beberapa menit itu, terlihat sebagai bentuk kemalasan di pelupuk matamu. Menuntutnya dengan dalil bahwa surga istri ditelapak kaki suami, menuntutnya dengan alasan sudah kewajibannya patuh. Enggan membantunya, sebab merasa, mengurus anak dan rumah tangga adalah urusan istri.
Menurutmu, kamu sudah bekerja itu cukup, kamu sudah memberi nafkah, maka wanita itu harus membayarnya dengan pelayanan maksimal dan tanpa cela. Kamu sudah melakukan kewajibanmu sebagai suami, tanpa sadar dan mengerti makna dari kewajiban yang kamu agungkan sepenuhnya. Kamu begitu kolot dengan pemikiran sangat konservatif, yaitu dengan membebankan semua tugas istri, tanpa menyiraminya dengan kasih sayang dan perhatian yang dia butuhkan.
Saat Kamu Menuntut Kewajiban Istrimu. Maka Berikan dan Tunaikanlah Hak Dirinya. Dalam Hal Ini Belajarlah Lagi Soal Nafkah Lahir Batin Untuk Istri
Jika kamu menanyakan apa tugas dan kewajiban istri, maka sesungguhnya dalam agama dijelaskan bahwa kewajiban istri itu hanya satu, yaitu patuh pada perintah suaminya, selama tidak melanggar koridor agama.
Lalu, apakah selama ini wanita itu melanggarnya? Jawabannya tidak, dia justru berlebih-lebih dalam memberikan kewajiban itu kepadamu. Selalu menurut dan patuh, selalu meminta ijin ketika keluar rumah, menjaga marwahmu dengan menyimpan semua masalah keluarga sendiri dalam hatinya. Mengurusmu, keluargamu, anak-anakmu dengan semaksimal mungkin, melebihi mengurus dirinya sendiri.
Kemudian, apakah kamu sudah menunaikan tanggung jawabmu? Mungkin Ya. Ya, karena kamu sudah bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Ya, sebab kamu memastikan dapur terus mengepul, memberikan rumah dan segala perabotannya untuk keluarga, bahkan seluruh gajimu untuk istri kelola.
Namun, ternyata itu belum cukup wahai suami. Itu baru nafkah secara lahiriah yang kamu berikan dan penuhi. Bahkan, jika kamu mau mengkalkulasikannya, jelas lebih banyak kurang daripada lebihnya.
Masih ada nafkah secara batin yang wajib untuk kamu laksanakan. Dan pengertian nafkah batin itu sangat luas sebab menyangkut kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan hati istrimu. Maka pelajarilah lagi, lalu penuhilah, baru menuntut kewajibannya padamu.
Lagipula, Coba Tanyakan Pada Hatimu Sendiri, Apakah Tujuanmu Menikah? Untuk Mendapatkan Partner Hidup Dunia Akhirat Atau Punya Tujuan Yang Lainnya.
Biasanya, lelaki yang berani memutuskan menikah, berarti dia sudah mantap dengan pilihannya, yakin bahwa pasangannya adalah yang terbaik untuk dunia dan akhiratnya, dan juga telah siap, serta sadar untuk menerima kurang lebih pasangan. Lelaki mempunyai kontrol diri yang lebih baik daripada perempuan, sehingga mereka cenderung lebih kalem dan tenang saat menghadapi masalah dalam rumah tangga.
Tapi, tentu saja, kepribadian setiap orang itu berbeda-beda, ada yang lelaki yang sudah dewasa dan bisa menempatkan diri dalam pernikahan. Ada pula, yang niatnya mungkin salah, hingga berujung pada rumah tangga yang berantakan.
Hampir semua lelaki memang egois, merasa diri superior dan selalu minta dilayani daripada melayani. Namun, lelaki yang memang bertujuan menikah karena Allah dan ibadah, mencari wanita sebagai partner dunia akhirat, tentunya akan sangat berhati-hati dalam suatu pernikahan. Mereka lebih menuntun bukannya menuntut, mereka akan lebih bersabar atas kekurangan pasangannya, dan menerimanya sepenuh hati. Mereka pula, akan berusaha menjadi kebahagiaan pasangan dan keluarganya sebagai prioritas pertama. Sebab, menyadari bahwa tanggung jawab pernikahan itu berat di hadapan Allah SWT.
Lalu, bagaimanakan dengan dirimu?
Apalagi Perhatian Dan Kasih Sayang Suami Adalah Hal Yang Begitu Penting Untuk Istri. Kadang, Hal Itu Pula Yang Menjadi Alasan Wanitamu Tetap Bertahan Dalam Susah Senang Bersamamu
Saat dulu kamu mengejar dirinya, meyakinkan dia untuk memilihmu sebagai imam, juga membuatnya percaya pada segala janji dan harapanmu. Kamu memberikan begitu banyak perhatian dan kepedulian. Kamu membuat dia merasa begitu istimewa di hatimu, dia merasa yakin untuk menitipkan masa depan dunia akhiratnya bersamamu.
Dia bahkan mau dan sukarela bertahan meski dalam keadaan yang begitu susah saat hidup denganmu. Sebab, bagi seorang wanita, merasa dicintai, diperhatikan dan disayang, oleh seseorang yang dicintainya, adalah kebahagiaan yang paling diidamkan. Itu tidak akan bisa tergantikan oleh materi ataupun banyaknya harta dunia yang mampu dicapai dan dimiliki.
Jadi, sebelum kamu menuntut kewajiban istri, maka selalu upayakan untuk menyiram hatinya dengan kasih sayang dan perhatian. Selain bekerja keras untuk membahagiakan dan memenuhi kebutuhannya, tak lupa sesekali bantulah dia dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Percayalah, membantu istri sama sekali tidak akan menurunkan superiotas dan harga dirimu, justru membuat hati tentram dan pribadimu menjadi lebih mengagumkan. Selain itu, tujuan pernikahan yang SAMAWA pun akan lebih mudah terlaksana. Sebab, dengan perhatian dan kasih sayang itulah, yang akan membuat istrimu bahagia dalam segala kondisi dan keadaan. Dia wanita yang kuat dan hebat, asal kamu juga selalu memberikannya energy kebahagiaan agar dia tetap mampu bertahan di sisimu hingga akhir pertemuan kelak.