Bapermulu.com – Banyak orang yang masih berpikir bahwa pernikahan berarti menuju kebahagiaan baru yang lebih haqiqi. Lepas dari problema dan masalah yang sebelumnya menghampiri dan menggantungkan hidup pada seseorang yang diyakini akan membawa kebahagiaan bagi jiwa dan raga.
Padahal, dengan meningkatnya kasus perceraian, KDRT dan perselingkuhan, sudah membuktikan bahwa pemikiran bahagia dengan berumah tangga jelas salah dan konyol.
Jadi, Coba ubahlah pemikiran yang primitif itu. Jangan menikah, jika yang kamu cari dan niatkan adalah untuk mendapatkan kebahagiaan. Sebab bahagia atau tidaknya dirimu, bukan tergantung dari orang lain. Namun dirimu sendiri.
Pertama. Menikah Bukan Jalan Keluar Dari Suatu Masalah. Justru, Menikah Adalah Pintu Gerbang Masalah Baru Yang Lebih Kompleks
Menikah itu tanggung jawabnya berat. Kamu tidak hanya bertanggung jawab pada dirimu sendiri, namun juga bertanggung jawab pada pasangan, keluarga dan anak-anak.
Sehingga bukannya menyelesaikan masalah yang kamu punya. Justru, akan menambah masalah baru, jika kamu tidak bisa menghadapinya dengan bijak dan dewasa.
Apalagi, jika ditambah masalah seperti pasangan yang cuek dan dingin, keluarga yang kurang welcome, dibenci oleh mertua, finansial yang tersendat-sendat dan lain sebagainya yang menambah kerumitan dalam rumah tangga.
Bukannya bahagia yang kamu dapatkan, baby blues, tertekan dan stress berat yang mungkin saja kamu terima.
Kedua, Menikah Itu Diniatkan Untuk Ibadah. Bukan Untuk Mencari Bahagia. Sebab Bahagia Itu Dari Tuhan Dan Dalam Dirimu Sendiri
Niat awal menikah saja sudah salah. Jelas, dalam perjalananya kamu semakin salah kaprah. Pertama, kamu tidak siap menerima kurang lebihnya pasanganmu, saat benar-benar tahu siapa dirinya.
Kedua, kamu terlanjur menggantungkan sepenuhnya hidupmu pada dirinya. Sehingga, saat dia membuatmu kecewa kamu limbung, jatuh dan putus asa.
Ketiga, Kamu lupa bahwa hanya kepada Tuhanlah, seharusnya kamu menggantungkan hidup. Hingga ujian dan cobaan hadir untuk mengingatkanmu, kamu tidak siap dan hanya bisa meratap dan mengeluh.
Jadi lebih baik. Benahi dulu niatmu dalam menikah. Menikahlah sebagai bentuk ibadahmu pada Allah dan ibadah terlama dalam hidupmu. Sehingga Allah SWT juga akan menjagamu dari pernikahan yang akan merugikanmu. InsyaAllah.
Ketiga, Tujuan Menikah Adalah Untuk Saling Melengkapi Dan Proses Mendewasakan Diri Bersama Pasangan. Sehingga, Akan Banyak Ujian Dan Cobaan Yang Dihadapi Berdua
Menikah itu bukan jalan tol yang perjalanannya mulus dan tanpa hambatan. Justru, menikah adalah proses pendewasaan diri dan saling melengkapi dengan pasangan.
Sehingga, akan ada banyak ujian baik secara internal ataupun eksternal yang harus dihadapi dan dilewati berdua.
Nah, dalam proses itu ada yang bisa berjuang bersama sampai akhir. Ada yang menyerah salah satunya, bahkan membebani pasangannya. Ada yang kedua-duanya akhirnya menyerah dan berpisah dengan segala konsekuensi.
Keempat, Bahagia Bisa Diraih Dengan Apa Saja. Bukan Hanya Dengan Menikah
Fakta loh ini. Ada yang singlenya bahagia, jadi primadona, dan incaran banyak lawan jenis. Namun, setelah menikah justru menderita dan teraniaya.
Padahal, dia sudah menjadi pasangan yang baik, selalu berusaha untuk melayani pasangannya dengan sebaik mungkin, memberikan seluruh hidupnya untuk keluarga, sampai lupa mencintai diri sendiri.
Bahagia itu sebenarnya sederhana. Namun, tak semua orang siap untuk bahagia. Banyak suami yang meninggalkan kebahagiaan keluarganya karena lupa diri dan korslet otaknya. Banyak wanita yang tergoda materi dan finansial yang lebih mapan, sehingga mengkhianati pasangannya.
Sebenarnya banyak jalan meraih kebahagiaan, baik sebelum menikah atau sudah menikah. Asal, kamu menyadarinya, mau menerima sepenuh hati dan mensyukurinya.
***
Intinya, Stop berpikir bahwa menikah adalah bahagia, apalagi sampai berniat memamerkan kebahagiaan itu.
Menikahlah, sebab kamu ingin dewasa dan saling membimbing bersama pasanganmu. Menikahlah karena Allah dengan memperjuangkan pasangan dengan cara yang benar.
Sehingga bahagia itu benar-benar kamu raih, sebab kamu bersama seseorang yang tepat dan bersamanya saling bahu membahu untuk membangun keluarga yang SAMAWA.