Soal bersama ataupun tidak, sejak awal hubungan aku sudah menyadari akan hal itu. Sudah pula, mempersiapkan hati, jika memang kecewa akan hadir atau pertemuan itu hanya sampai di tengah perjalanan saja.
Aku sadar, manusia hanya bisa berencana, berusaha dan berdoa untuk meminta yang terbaik, termasuk salah satunya meminta kamu, dulunya.
Namun, Tuhan yang menentukan, jodoh itu ditangan Tuhan, dan sekali lagi, soal kita, entahlah aku pasrah sepenuh hatiku pada takdir yang telah Tuhan persiapkan.
Lagipula, meski bersama ataupun tidak. Sama sekali tidak akan mengubah setiap kenangan yang telah dilewati bersama. Meski bersama atau tidak, tak bisa mengubah fakta bahwa mencintaimu adalah satu hal yang sempat kusyukuri dulu hingga kini. Hadirmu, tetap membawa perubahan yang lebih baik bagiku, meski tanpa kamu sadari atau aku yang terlambat menyadari hal itu sebelumnya.
Meski Tak Bisa Bersama. Aku Tetap Bersyukur Pernah Bertemu Kamu Dalam Hidupku. Pernah Jadi Yang Terbaik Untukmu. Pernah Merasa Bahwa Aku Adalah Orang Yang Istimewa di Hatimu
Sungguh, jika cinta itu menjadi sebuah kebencian sekarang, itu karena fakta bahwa harapan yang kita impikan tak bisa jadi nyata. Aku kecewa pada harapan yang kamu janjikan, pada harapan yang aku tinggikan, lalu terluka, kemudian benci itu tumbuh seiring dengan rasa cinta yang kumiliki.
Dulu aku terlalu bodoh, naif dan lugu, saat selalu yakin bahwa semua mimpi akan terwujud, saat terlalu optimis bahwa kamu tak akan pernah pergi meninggalkanku.
Aku lupa, siapalah aku ini? Aku tetap bukan siapa-siapa dalam hidupmu, tetap bukan seseorang yang berhak menentukan kemana arahmu harus melangkah selanjutnya. Meski, sebegitu istimewa apapun diriku di hatimu sebelumnya, kamu tetap bisa melangkah pergi, jika kamu memang ingin itu.
Namun, kini, setelah semua luka itu berhasil tersembuhkan, aku mulai menyadari bahwa tetap ada sepercik rasa syukur dalam hatiku atas pertemuan yang Tuhan takdirkan dalam hidup kita. Ada hal-hal berharga yang aku bisa aku pelajari dari dirimu. Kamu membekaliku dengan banyak hal baru, meski luka itu tetap mendominasi seluruh hidupku awalnya.
Meski Tak Bisa Bersama, Aku Tetap Bersyukur Karena Pernah Mencintaimu Sepenuh Hatiku. Pernah Percaya Padamu, Dan Pernah Menyebutmu Dalam Doa Di Sepanjang Malamku
Bagaimanapun, dulu aku pernah berjuang sepenuh hati untukmu. Pernah, berusaha untuk menyampaikan padamu, bahwa aku akan selalu ada kapanpun kamu butuh itu. Pernah, memberikan isyarat, bahwa aku akan menerima kamu apa adanya, semua kurangmu, juga hal terburuk yang bisa hadir dari dalam dirimu.
Akan tetapi, mungkin memang Tuhan terlalu sayang padaku. Kau pun mengasihani, saat aku selalu terlihat mengemis akan cintamu. Hingga, Tuhan benar-benar memisahkan, dan kamu benar-benar pergi. Tak ada lagi yang bisa menjadi sandaran, tak ada lagi, tempat dimana aku bisa melihatmu meski hanya sebentar.
Aku kecewa, terluka dan hilang harapan. Namun, untunglah kasih Tuhan segera membuat aku sadar, bahwa hidupku harus terus berjalan. Aku tetap punya mimpi yang harus aku gapai, aku tetap punya alasan untuk menjadi yang lebih baik.
Meski Kita Tak Bersama. Tulus Dalam Hatiku, Aku Tetap Senang Saat Bisa Melihatmu Bahagia. Aku pun Bersyukur Bahwa Kini Aku Telah Menemukan Kebahagiaanku Sendiri
Meski ikhlas itu butuh waktu, butuh waktu yang sangat lama untuk sembuh. Namun, seiring dengan waktu yang berjalan, seiring dengan hadirnya banyak kebahagiaan baru. Aku bersyukur, rasa benci itu kini telah mulai pudar.
Kebencian itu juga tergantikan dengan rasa syukur atas pertemuan, atas pelajaran, atas luka dan atas perpisahan yang terjadi diantara kita.
Aku bersyukur kita pernah bertemu dan berbagi rasa. Kamu mengajarkanku pada banyak hal baru, yang bisa jadi langkah yang kuambil untuk masa depan. Kamu mengajari soal arti perubahan dalam hidup, dan keikhlasan untuk melepaskan.
Kamu benar, dengan berpesan bahwa aku tak akan bisa bertahan jika berubah untuk orang lain. Lalu, kini aku menyadari bahwa berubah harus untuk diriku dan masa depanku sendiri.
Aku bersyukur pula atas perpisahan itu. Jujur, tak bisa membayangkan, jadi apa aku, jika tetap nekat bersamamu. Mungkin, aku akan lebih terhina dan dihinakan, mungkin aku tak akan kuat menjalani kehidupan dan menjadi aku yang sekarang.
Terpenting, aku juga tidak akan bisa menemukan dia yang menjadi kebahagiaanku hari ini. Toh, kamu tetap bahagia dengan pilihanmu dan aku bahagia dengan hidupku.
Meski Tak Bisa Bersama, Aku Tetap Bersyukur, Bersamamu Memang Membuatku Menjadi Seseorang Yang Lebih Baik. Entah Kamu Sadar Akan Hal Itu Atau Aku yang Terlambat Pula Menyadarinya
Jika aku tak bertemu denganmu, tak kamu perkenalkan dengan duniamu, tak kamu ajari akan banyak hal. Mungkin, akan butuh waktu yang lebih lama untukku menyadari potensi yang aku miliki.
Hadirmu, memang Tuhan gariskan sebagai pertemuan terpenting dalam hidupku. Sehingga, aku menjadi lebih tahu soal dunia baru. Aku lebih dewasa, dengan luka yang kamu tinggalkan.
Sayang, aku hanya begitu terlambat menyadarinya dan masih terlalu terhanyut dalam perasaan sedih saat itu. Namun kini, sungguh aku bersyukur atas pertemuan itu, aku bersyukur pernah belajar banyak hal darimu dan menggunakan semua pelajaran itu untukku hari ini. Sekarang, aku akan lebih bersemangat untuk hidup dan menggunakan seluruh waktuku untuk lebih produktif.
Begitulah caraku, caraku berterimakasih sekaligus menunjukkan bahwa aku bersyukur pernah punya kesempatan menghabiskan waktu dan sepi bersamamu. Terimakasih, karena pernah mau menerimaku apa adanya, pernah berbagi banyak hal bersama dan pernah menjadikan aku seseorang yang istimewa dalam hatimu.