Jujur saja, aku ingin melepaskan diri dari dirimu. Dari perasaan yang kusadari hanya akan membuatku tersakiti sendiri. Sebab kamupun ada dan mencariku hanya untuk keuntunganmu.
Kamu datang ketika kamu kesepian, lalu pergi ketika dia yang lebih kamu harapkan, mendekati. Sungguh aku sadar bahwa kini, aku hanya sekedar pelampiasan dalam hidupmu..
Tapi tak sadarkah kamu, jika aku bertahan karena aku masih punya harapan? Harapan untuk juga dihargai, dicintai dan diperjuangkan dengan cara yang nyata. Aku percaya tidak ada usaha yang sia-sia, termasuk dalam usaha menanti kamu yang tak pasti buatku sekarang.
Setiap kali aku mencoba untuk pergi dan mengalihkan pandangan. Saat itu, kamu seolah hadir dan menahanku kembali. Mungkin kelak aku pergi meninggalkamu, karena kamu tak pernah memintaku untuk bersamamu dengan serius.
Kamu Mendekati Karena Merasa Sepi, Lalu Pergi Ketika Merasa Ada Yang Lebih Baik Lagi
Entah aku yang bodoh dan tolol karena masih mengharapkanmu. Atau kamu yang termasuk golongan orang yang tidak peka pada perasaan orang lain. Sampai kini, aku sendiri bahkan tak tahu kamu anggap apa di hatimu dan di posisi manakah aku berada dalam hidupmu.
Saat kupikir untuk menyerah dan pergi. Justru kamu yang hadir dan menahan. Saat aku butuh kamu untuk bersandar, kamu hanya datang ketika merasa sepi. Saat aku pikir diriku istimewa, kamu balik menyakiti dengan pergi pada dia yang menurutmu lebih baik.
Jika seperti itu, bolehkah jika aku berhenti untuk mengharapkanmu dan justru berbalik membencimu?
Parahnya Kamu Juga Pergi Tanpa Kejelasan. Itu Membuatku Tersakiti dan Kecewa Tanpa Mengerti Alasannya
Bukan apa-apa, hanya kamu kok keterlaluan sekali. Jika menyebut dirimu sebagai manusia yang seharusnya punya nurani. Bukan hanya hadir saat sepi, mengulur maju mundur hatiku sesuka hati. Pergimu pun selalu tanpa permisi.
Kamu sama sekali tak pernah menjelaskan alasan kenapa kamu harus menjadikan aku korban dalam hubungan ini. Kamu tak bisa bersabar dan memintaku untuk memperbaiki diri, saat aku juga mengusahakan untuk itu.
Kamu membuatku membencimu dengan sebanyak mungkin kebencian yang kumiliki. Tapi, tak sedikitpun aku mengerti alasan dibalik rasa benci itu. Kamu tahu, aku sakit, patah dan terluka, bahkan saat aku merasa diriku bukan siapa-siapa dalam hidupmu.
Padahal Kita Sama-Sama Tahu Bahwa Dipermainkan Oleh Orang Yang Kita Sayang Itu Menyakitkan
Pahamilah, yang kau permainkan ini adalah hati yang mudah tersakiti. Lalu kenapa kau tidak pernah merasa bahwa kau sedang mempermainkan dan sedang menyakiti. Padahal, aku juga selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untukmu dan selalu ada saat kamu butuh.
Entahlah, mungkin dari awal aku yang terlalu bodoh, sehingga tak sadar sedang kamu permainkan. Yang kutahu, aku hanya ingin menyayangi dan menjadikanmu sebagai sosok yang special di hatiku. Sehingga saat ternyata kamu mengganggapku bukan siapa-siapa. Aku harus tahu diri dan seharusnya pergi saja.
Kita sama-sama tahu bahwa dipermainkan oleh orang kita sayang dan perjuangkan itu menyakitkan. Namun karena aku bukan siapa-siapa, kamu berpikir tak mengapa menyakitiku, begitukah?
Sehingga Jangan Salahkan Aku, Jika Saat Kamu Butuh Lagi, Aku Sudah Tak Ada Di Sisi. Sudah Cukup Aku Sadar Aku Tak Lebih Dari Pelampiasan Untukmu
Itu menyakitkan, namun aku juga berusaha untuk mengerti. Mengerti bahwa ternyata selama ini, aku hanya berperan sebagai pelampiasan. Kamu hadir saat dilukai oleh seseorang, kamu hadir hanya untuk mengisi sepi dan kebosanan dalam hatimu.
Dan hadirmu bukan untuk memperjuangkan ataupun membahagiakan diriku. Meski, tujuan hubungan itu bukan selalu untuk bahagia. Tapi, setiap orang pasti berharap bisa bahagia dalam hubungannya. Termasuk kamu maupun aku juga menginginkannya.
Jadi ketika sadar bahwa hubungan ini tak bisa dilanjutkan. Maka, selamat tinggal. Semoga saja kamu tak akan pernah merasakan, jadi seperti aku, yang sekedar menjadi pelampiasan dalam hidup orang lain. Semoga kamu bahagia dengan seseorang yang kamu rasa lebih baik dariku itu.